Selasa, 26 Februari 2013

Ajaran Kelembutan Rasulullah SAW


Dari Aisyah Ummulmukminin (ibunda kaum yang beriman, gelar istri-istri Rasul SAW), sungguh ia berkata: dibawakan pada Nabi SAW seorang bayi lelaki, dan buang air kecil di baju beliau SAW, maka beliau SAW minta air lalu mengusapnya dengan air saja" (Shahih Bukhari)
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wataala Yang Maha Luhur, Yang melimpahkan kepada kita kemuliaan tuntunan nabiNya Muhammad shallallahu alaihi wasallam, hingga terangkat derajat kita dari kehinaan menuju keluhuran, dari keluhuran menuju keluhuran yang lebih tinggi lagi, demikianlah mulianya rahasia tuntunan sang nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang senantiasa menuntun seseorang kepada derajat semakin luhur yang tiada akhirnya, hingga semakin dekat kepada Allah subhanahu wataala. Kita telah mendengar penyampaian guru-guru kita akan indahnya keadaan orang-orang yang ingin mendekat kepada Allah subhanahu wataala dan sebaliknya bagaimana kerugian orang-orang yang tidak ingin dekat dengan tuhan penciptanya. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda
Barangsiapa yang suka berjumpa dengan Allah maka Allah suka berjumpa dengannya, dan barangsiapa yang benci bertemu dengan Allah maka Allah benci untuk bertemu dengannya

Hadits ini merupakan suatu lamaran cinta dari Allah subhanahu wataala kepada hambaNya untuk mencintaiNya, oleh sebab itu kita selalu dituntun oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk senantiasa berada di jalan yang diridhai Allah subhanahu wataala, dan jika kita mendapati diri kita tidak mampu melakukannya maka adukanlah dan mintalah ampunan kepada Allah subhanahu wataala, namun Allah tidak akan membebani hambaNya lebih dari kemampuannya, sebagaimana Allah subhanahu wataala berfirman :
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ( QS. Al Baqarah : 286 )
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah lambang yang mulia yang diciptakan oleh Allah subhanahu wataala untuk dijadikan panutan, dijadikan idola,dan untuk dicintai lebih dari seluruh makhlukNya yang lain. Sehingga Allah subhanahu wataala mengelompokkan orang yang mencintai nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam kelompok orang yang mencintai Allah subhanahu wataala. Jika seseorang mencintai Allah subhanahu wataala namun tidak mencintai nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam maka cintanya kepada Allah itu dusta, karena semakin seseorang mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka hatinya akan semakin dipenuhi dengan cinta dan rindu kepada yang telah menciptakannya, yaitu Allah subhanahu wataala. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah makhluk yang paling indah dan paling mencintai kita (ummatnya) lebih dari seluruh makhluk lainnya. Beliau shallallahu alaihi wasallam mencintai kita lebih dari ayah ibu kita, mencintai kita lebih dari semua kekasih kita, karena ketika seseorang telah telah masuk ke dalam api neraka maka tidak ada seorang pun dari para kekasihnya yang akan mengingatnya kecuali sayyidina Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang akan memohonkan syafaat untuknya. Bahkan para nabi dan rasul yang lainnya pun ketika mereka dimintai syafaat (pertolongan) kelak di hari kiamat mereka berkata :
Diriku, diriku, diriku, pergilah kepada selainku
Kelak di saat manusia berkumpul di telaga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka akan ada orang-orang dari ummat beliau shallallahu alaihi wasallam yang disingkirkan oleh malaikat dari telaga itu karena mereka berubah (berpaling dari kebenaran) setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam wafat, namun setelah mereka terusir dari kelompok nabi Muhammad shallallahu alalihi wasallam, maka mereka pergi menuju kepada semua nabi untuk meminta pertolongan akan tetapi kesemuanya menolak, sehingga mereka kembali lagi kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, yang kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata :

Itulah bagianku (akulah pemberi syafaat)
Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Atsqalani bahwa pada mulanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengusir mereka akan tetapi kemudian menerima dan mensyafaati mereka kembali agar dimaafkan oleh Allah subhanahu wataala. Maka diantara ummatnya ada yang mendapatkan syafaat dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika berada dalam mizan (timbangan) sehingga terselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke surga, diantara mereka ada yang disyafaati ketika berada di atas shirat (jembatan), dan diantara mereka ada yang telah masuk ke dalam api neraka baru disyafaati oleh sang nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan Rasulullah terus menghadap Allah untuk meminta pengampunan bagi umatnya yang masih berada di dalam api neraka dan belum terselamatkan, hal ini menunjukkan kecintaan beliau kepada seluruh ummatnya meskipun orang tersebut adalah pendosa. Karena seseorang yang telah masuk ke dalam neraka maka tidak ada hal lain yang ia harapkan kecuali syafaat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak hanya memberi syafaat kepada penduduk neraka yang pendosa saja, bahkan semua orang-orang shalih dari para wali Allah, para syuhada yang telah masuk surga pun mereka disyafaati oleh sayyidina Muhammad shallallahu alaihi wasallam agar derajat mereka semakin tinggi di surga, dan orang yang telah masuk surga akan diberi syafaat oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk memberi syafaat untuk keluarganya yang berada di neraka, maka semua ummat beliau akan mendapatkan syafaat beliau shallallahu alaihi wasallam kelak di hari kiamat, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Imam Qadhi Iyadh dalam kitab As Syifaa.
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa sayyidina Jabir bin Abdillah Al Anshari Ra, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membeli onta untuk mengunjungi temannya sayyidina Abdullah bin Unais Ra, yang mana perjalanan itu ditempuh selama 1 bulan karena ia mendengar bahwa sayyidina Abdullah bin Unais mengetahui satu hadits yang belum sempat ia dengar, ketika itu sayyidina Jabir bin Abdillah tinggal di Madinah sedangkan sayyidina Abdullah bin Unais telah hijrah ke tempat lain namun beliau rela menempuh perjalanan selama satu bulan hanya untuk mendengar satu hadits yang belum ia dengar, dan setelah sampai di depan rumah Abdullah bin Unais, ia berkata kepada orang yang berada di pintu rumah itu : sampaikan kepada Abdullah bin Unais bahwa Jabir bin Abdillah berada di depan pintu rumahnya, mendengar hal itu sayyidina Abdullah bin unais kaget kemudian keluar dan menemui sayyidina Jabir dan memeluknya dengan tangisan haru karena mereka saling mencintai karena Allah dan telah lama tidak bertemu. Tidak lama kemudian sayyidina Abdullah bin Unais pun tidak sabar ingin mengetahui maksud kedatangannya dan berkata kepada sayyidina Jabir bin Abdillah : Wahai sahabatku Jabir apa yang membuatmu menemuiku hingga engkau menempuh jarak sejauh ini?, maka sayyidina Jabir bin Abdullah menjawab : wahai sahabatku, aku mendengar bahwa engkau mengetahui satu hadits yang belum pernah aku mendengarnya, mendengar hal itu sayyidina Abdullah bin Unais kaget dan berkata : Engkau menempuh jarak yang demikian jauh untuk menemuiku hanya demi satu hadits saja yang belum pernah engkau dengar?, maka sayyidina Jabir bin Abdullah berkata : Aku tidak ingin wafat dan ada hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang belum aku ketahui, sedangkan aku masih ada waktu dan bisa untuk mendengarkan hadits nabi tersebut namun waktu itu tidak aku pergunakan untuk hal tersebut, demikian yang teriwayatkan dalam musnad Al Imam Ahmad dan.
Adapun hadits yang tadi kita baca terdapat banyak riwayat yang memiliki makna yang sama namun berbeda versi, dimana ketika dibawakan seorang bayi ke hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, diantara riwayat menyebutkan bahwa bayi tersebut dibawa kehadapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk di tahnik ( mengunyah kurma kemudian dimasukkan ke mulut seorang bayi) oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, adapula yang menyebutkan bahwa bayi yang dibawa ke hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah sayyidina Hasan dan ada yang mengatakan bahwa bayi itu adalah sayyidina Husain. Maka ketika bayi itu dibawakan ke hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bayi itu mengeluarkan air kencing dan mengenai baju Rasulullah shallallahu alaihi wasallam karena di zaman itu belum ada pampers, namun saat itu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak melepas bajunya untuk dicuci, akan tetapi beliau hanya meminta air dan kemudian mengusap bekas kencing bayi itu dengan air. Di dalam madzhab Syafii dijelaskan bahwa hal ini adalah masalah khusus yang hanya berlaku bagi bayi lelaki yang belum makan dan minum apa pun selain air susu ibunya, namun jika bayi itu telah makan dan minum selain air susu ibunya maka tidak lagi termasuk dalam najis ringan seperti yang disebutkan dalam hadits tadi. Sebagaimana najis terbagi menjadi tiga, yaitu najis Mukhaffafah (najis yang ringan), najis mutawassithah (sedang), dan najis mughallazhah (berat). Adapun kencing bayi laki-laki yang belum makan dan minum selain air susu ibunya maka termasuk ke dalam najis yang ringan, dan najis mutawassitah (najis yang sedang ) yang mana jenis najis ini disucikan dengan membersihkan dan menghilangkan 3 sifatnya, rasanya, baunya dan warnanya. Maka semua najis selain najis kencingnya anak lelaki yang belum makan dan minum kecuali air susu ibunya, tergolongkan dalam najis yang sedang. Sedangkan najis anjing atau babi adalah najis mughallazah (berat) yang mana cara mensucikannya adalah dengan menggunakan air yang dicampur dengan tanah selama 7 kali, maka selain najis anjing dan babi maka termasuk ke dalam najis yang sedang yang hanya dibersihkan dengan air hingga hilang 3 sifat najisnya (warna, bau dan rasanya), namun jika telah berusaha semampunya untuk menghilangkan ketiga sifat tersebut tetapi tetap tidak bisa hilang, maka sebagian ulama berpendapat bahwa hal itu dimaafkan, demikianlah sebagian dari kemudahan dalam syariat Islam sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :
Sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk membuat kesulitan
Maka hadits tersebut memberikan kemudahan bagi kita, karena seseorang akan merasa kerepotan jika bayi yang pipis lantas mengenai baju maka baju itu harus dicuci bersih, berapa kali dalam sehari hal itu akan terjadi karena bayi akan sangat sering mengeluarkan air kecil, terlebih lagi di masa itu tidak ada pampers, hal menunjukkan indahnya tuntunan nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Oleh karena itu sesuatu hal yang telah ada tuntunannya dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka hal tersebut merupakan hal yang paling mudah diantara hal-hal yang mudah yang telah diajarkan kepada kita. Namun terkadang orang yang merasa lemah maka hal yang mudah pun masih belum mampu untuk mengamalkan, akan tetapi dalam hal ini kita senantiasa mengingat bahwa di balik semua itu masih ada maaf dan pengampunan Allah subhanahu wataala Yang Maha Luas, sebagaimana seorang hamba yang telah masuk neraka pun tetap akan diberi syafaat oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Namun dalam hal ini sering muncul pertanyaan ; Bagaimana Allah subhanahu wataala menciptakan hamba (dan jika berkehendak) maka Allah akan memasukkannya ke neraka, kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam justru yang mengeluarkannya dari neraka dengan syafaatnya, jika demikian apakah Rasulullah shallallahu alahi wasallam lebih baik dan lebih penyayang daripada Allah subhanahu wataala?!, tidak demikian kenyataannya, akan tetapi ketahuilah siapakah yang telah menciptakan dan menjadikan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mampu berbuat demikian, tentunya Allah subhanahu wataala, maka kasih sayang Allah tetap ada dan masih diberikan untuk para pendosa yang di neraka selama ia tidak menyembah selain Allah ketika di dunia, dan kasih sayang Allah itu berupa syafaat yang diberikan oleh sayyidina Muhammad shallallahu alaihi wasallam . Maka seharusnyalah kita mencintai kekasih yang paling mencintai kita, nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Ketahuilah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah mahkluk yang paling ramah, baik, selalu memberi kemudahan kepada yang lainnya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah Muncul pertanyaan kepada saya, mengapa kita di majelis selalu membaca qasidah? maka saya jawab bahwa hal itu telah diriwayatkan dalam hadits shahih dimana sayyidina Hassan bin Tsabit membaca qasidah/ syair di hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di masjid An Nabawy, maka ia menjawab : sayyidina Hassan bin Tasbit membaca qasidah sendiri tidak beramai-ramai, lantas manakah hadits yang menunjukkan para sahabat membaca qasidah beramai-ramai?, dalam hal ini mereka melupakan bahwa ada 13 riwayat di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membaca qasidah beramai-ramai dengan para sahabatnya. Dimana ketika membangun Khandaq para sahabat berkata :
Kamilah yang telah membaiat nabi Muhammad (untuk berpegang) kepada Islam sepanjang hidup kami
Dan dalam riwayat yang lain :
Kamilah yang telah membaiat nabi Muhammad untuk jihad sepanjang hidup kami
Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab :





Wahai Allah, sesungguhnya kebaikan yang sejati adalah kebaikan akhirat, maka limpahilah keberkahan untuk kaum Anshar dan kaum Muhajirin


Dalam riwayat yang lain 
( Ampunilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin), dan dalam riwayat lain 
( Sayangilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin). Maka beliau shallallahu alaihi wasalam bersautan membaca qasidah bersama para sahabat, maka hal ini dahulu dilakukan oleh sayyidina Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersama para sahabatnya, akan tetapi di zaman sekarang banyak yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah perbuatan bidah, padahal kesemua itu terdapat dalil-dalil yang shahih dari hadits nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, baik yang terdapat di shahih al bukhari dan lainnya. Namun perbuatan ini hampir hilang akan tetapi dihidupkan kembali dari generasi ke generasi oleh kalangan ahlusunnah wal jamaah dari guru-guru mereka yang memegang sanad yang bersambung hingga kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Dalam sebuah riwayat lain disebutkan, yang mana hal ini menunjukkan akhlak mulia Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dimana suatu ketika beliau shallallahu alaihi wasallam melewati seorang wanita yang sedang menangis di perkuburan, salah satu pendapat para imam mengatakan bahwa tangisan wanita tersebut telah berlebihan, sehingga ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melewati wanita tersebut, beliau berkata 
Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah

Maka ucapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
menunjukkan bahwa tangisan wanita itu telah berlebihan, karena menjerit-jerit dalam tangisannya disebabkan yang meninggal adalah suaminya atau salah seorang keluarganya namun ia tidak sempat menghadiri perkuburannya, namun ketika itu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melihat hal itu, beliau tidak menghardik wanita tersebut untuk pergi atau melarangnya atau dengan mengatakan bahwa hal yang dilakukannya adalah perbuatan haram, namun dengan ramah dan lemah lembut beliau berkata bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah. Mendengar hal itu tanpa menoleh siapa yang mengatakannya, kemudian ia berkata : Engkau tidak tertimpa musibah yang aku hadapi sehingga engkau tidak merasakan apa yang aku rasakan saat ini, maka diam sajalah engkau, namun Rasulullah shallallahu alaihi wasallam hanya diam kemudian pergi. Setelah beberapa saat datanglah sayyidina Anas bin Malik kepada wanita tersebut dan berkata : Taukah engkau siapa yang tadi engkau bentak itu?, wanita itu menjawab : tidak, maka sayyidina Anas bin Malik berkata : Dia adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, mengetahui hal itu maka wanita tersebut gemetar karena ketakutan telah membentak Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, sehingga dari rasa takutnya seolah wanita itu akan meninggal, sebagaimana yang terdapat dalam riwayat Shahih Muslim. Kemudian wanita itu bergegas menuju rumah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan menghadap beliau dan berkata : wahai Rasulullah maafkan aku, sungguh aku tidak mengetahui bahwa engkaulah yang tadi menasihatiku, maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab dengan ramah dan santai seraya menenangkan wanita yang ketakutan itu 
Sesungguhnya kesabaran itu adalah di saat pertama kali musibah terjadi

Maka dengan ucapan tersebut, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah membuat wanita itu tenang dari musibahnya dan tenang dari ketakutan yang telah membentak Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sungguh indahnya budi pekerti nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang menenangkan seseorang yang sedang dalam ketakutan, kegundahan dan kesedihan. Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, ketika Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam melakukan shalat jamaah terdengar ada seorang badui yang berdoa dengan suara yang lantang
Wahai Allah rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorang pun selain kami

Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany dalam Fathul Bari bahwa orang baduwi itu adalah seseorang yang pernah membuang air kecil di dalam masjid lantas para sahabat hampir memukulinya, namun Rasulullah sahallallahu alaihi wasallam menghentikannya, sehingga karena merasa kesal terhadap sahabat lantas ia mengucapkan doa tersebut. Mendengar doa yang diucapkan orang badui itu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :
Engkau telah menyempitkan sesuatu yang luas, maksudnya adalah rahmat Allah
Maka budi pekerti yang mulia yang dimiliki oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membuat orang lain mencintai beliau shallallahu alaihi wasallam. Semoga Allah subhanahu wataala melimpahkan rahmat dan kebahagiaan kepada kita, dan mengabulkan hajat-hajat kita yang bathin dan dhahir baik di dunia dan akhirah bahkan lebih dari yang kita harapkan. Dan semoga Allah subhanahu wataala menyingkirkan segala musibah dari kita semua, dan menggantikannya dengan rahmat, kemudahan dan kebahagiaan, diantara kita yang dalam permasalahan semoga diberi penyelesaian oleh Allah, dan bagi yang hingga saat ini belum mampu melaksanakan shalat 5 waktu semoga hari ini adalah hari terkahir baginya, dan besok telah Allah beri kemampuan untuk melakukan shalat 5 waktu, bagi yang belum berbakti kepada kedua orang tuanya semoga setelah pulang dari majelis ini ia mulai berbakti kepada orang tuanya. Bagi yang belum berbakti kepada suaminya semoga setelah ini ia mulai berbakti kepada suaminya, dan suami yang belum bertanggung jawab terhadap istri dan keluarganya semoga setelah mejelis ini ia mulai bertanggungjawab terhadap keluarganya. Semoga yang bermusuhan dan berpecah belah diantara kita segera bersatu dalam kalimat Laa ilaaha illaa Allah Muhammad Rasulullah, dan jika ada yang putus silaturrahmi semoga setelah bersambung kembali. Doa kita yang terakhir, semoga acara kita pada tanggal 7 Mei di Monas yang dihadiri oleh guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafidh yang akan tiba di Indonesia pada akhir bulan April dan langsung menuju ke Solo, kemudian ke pesantren Lirboyo untuk pertemuan dengan para Ulama, kemudian ke Cirebon dalam rangka Pesantren Kilat selama seminggu, kemudian hadir pada acara kita di Monas pada tanggal 7 Mei Insyaallah, kemudian kembali ke kediaman beliau di Tarim Hadramaut setelah kurang lebih 3 bulan dalam rihlah dakwah ke berbagai negara. Semoga acara yang akan kita adakan berjalan sukses, dan meninggalkan bekas yang mulia untuk Jakarta dan bangsa kita kaum muslimin khususnya, dan seluruh wilayah kaum muslimin di seluruh dunia agar semakin tentram dan makmur dan dipenuhi hidayah Allah subhanahu wataala, amin.


Kamis, 19 April 2012

Tujuh Golongan Yang Dinaungi Allah SWT di Hari Kiamat

Sabda Rasulullah saw : “Tujuh Golongan yg dinaungi Allah dihari kiamat yg tiada tempat berteduh selain yg diizinkan Nya swt, Pemimpin yg Adil, dan pemuda yg tumbuh dengan beribadah pd Tuhannya, dan orang yg mencintai masjid masjid, dan dua orang yg saling menyayangi karena Allah, bersatu karena Allah dan berpisah karena Allah, dan orang yg diajak berbuat hina oleh wanita cantik dan kaya namun ia berkata : Aku Takut pd Allah, dan pria yg sedekah dg sembunyi2, dan orang yg ketika mengingat Allah dalam kesendirian berlinang airmatanya” (Shahih Bukhari)Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Suci dan Luhur, tiada satu pun dari segala yang terjadi dan yang diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala, kecuali merupakan bimbingan hikmah Ilahi untuk mencapai keluhuran, baik hal itu berupa musibah atau pun kenikmatan. Dimana musibah yang terjadi itu menanti sifat sabar dari seorang hamba, yang mana sabar adalah merupakan penghancur musibah yang terkuat, namun tentunya diiringi juga dengan usaha, karena Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu untuk tidak member musibah, atau memberi musibah yang lebih besar dari musibah tersebut. Sayyidina Umar bin Khattab berkata : “Aku bersyukur dengan adanya musibah padaku, sebab beberapa hal, diantaranya karena Allah subhanahu wata’ala tidak menimpakan musibah pada imanku, kedua bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu memberikan musibah yang lebih besar dari musibah yang telah datang kepadaku, namun Allah subhanahu wata’ala hanya menurunkan musibah tersebut, dan ketiga dengan musibah itu Allah subhanahu wata’ala menghapus dosa-dosaku”. Hal ini sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa segala musibah kesemua itu adalah penghapusan dosa, meskipun hanya sekedar kegundahan hati hal itu juga menghapus dosa. Dan kesabaran dengan adanya musibah yang puncak dari kesabaran itu adalah bersyukur, justru hal tersebut akan melebur musibah, sehingga musibah berubah menjadi kemudahan dan kenikmatan. Jika seseorang mempunyai anak kecil dan Allah member musibah denga sakit maka Allah subhanahu wata’ala akan memberi kesembuhan baginya, jika ada yang ditimpa kesempitan harta maka akan Allah limpahkan kemakmuran dan kecukupan harta baginya, dan jika seseorang mendapatkan masalah apapun maka Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu dan siap menyelesaikan seluruh masalah-masalahnya, dimana tidak ada satu makhluk pun yang mampu menyelesaikan seluruh masalah. Masalah apapun yang ada, Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu menyelesaikannya, bahkan sekecil-kecil permasalahan seekor semut kecil yang ingin mengangkat kakinya untuk melangkah hingga masalah perputaran alam semesta yang demikian luasnya. Hingga perasaan semut yang ketakutan ketika prajurit nabiyullah Sulaiman AS lewat, Allah pun mengetahuinya. Begitu juga perasaan seorang hamba yang dalam kesendiriannya merasa risau dan kebingungan, dan ia tidak mengatakan atau mengadukannya kepada orang lain, namun Allah subhanahu wata’ala melihat dan mendengarnya serta Maha Mampu dan siap untuk menghilangkan musibah dan kegundahannya. Namun Sang Maha Pengatur, Sang Maha Pemberi, Sang Maha memudahkan setiap permasalahan semakin hari semakin ditinggalkan oleh manusia, dimana ketika datang ajakan luhur namun ditinggalakan padahal mampu untuk melakukannya, karena Allah subahanahu wata’ala tidak membebani hamba lebih dari kemampuannya. Banyak orang yang belum mengerti Al qur’an namun ia layak membacanya meskipun belum mengerti maknanya, dan ada juga yang belum bisa membaca Al qur’an maka ia harus mempelajarinya, jika sibuk bagaimana? jika sangat sibuk bisa dengan mempelajarinya sekali dalam seminggu atau sekali dalam sebulan, namun dalam hati tidak ada perasaan menolak Al qur’an Al Karim. Demikian pula syariat Islam yang lainnya seperti hukum shalat, hukum wudhu’, hukum puasa, hukum zakat, hukum haji dan lainnya kesemua itu juga perlu dipelajari dimana kesemua itu dalam waktu ratusan tahun pun kita mempelajarinya hal itu tidak akan pernah selesai, namun selayaknya waktu luang kita jauh lebih baik kita isi dengan mempelajari ilmu-ilmu tersebut yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, agar kita semakin mulia di sisi Allah subhanahu wata’ala. Seseorang yang dalam hidupnya ada niat atau keinginan untuk belajar dan juga mengerjakan pekerjaan atau aktivitas yang lainnya maka Allah subhanahu wata’ala akan memudahkan untuknya jalan menuju ke surga, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْماً سَهَلَّ اللَّهُ لَهُ طَرِيقاً إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”
Guru mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafizh berkata dalam salah satu qasidahnya, yang artinya : “Ketika Allah subhanahu wata’ala membuka tabir penghalang manusia untuk melihat Allah, maka itulah saat-saat yang terindah”, atau melihat sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan makhluk terindah dari seluruh ciptaan Allah subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak lebih dari sekedar ciptaan Allah subhanahu wata’ala, namun beliau adalah makhluk terindah dari semua ciptaan Allah. Ketika seseorang mengingat bahwa ada sosok manusia yang paling baik dan ramah, paling berlemah lembut dan berkasih sayang, dimana ketika ada orang datang kepadanya dengan penuh dosa maka beliau doakan dan dimohonkan pengampunan kepada Allah subhanahu wata’ala, bahkan musuh-musuh beliau berusaha dilindungi agar tidak semuanya meninggal agar kelak keturunan mereka bisa selamat dan mendapatkan hidayah, maka siapa yang tidak merindukan sosok manusia yang paling berlemah lembut seperti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan ketika sayyidah Aisyah Ra sedang mencari jarum yang terjatuh di kamarnya di malam hari, dan di saat itu hanya ada pelita pelita yang cahayanya sangat kecil, setelah beberapa waktu dicari jarum itu tidak pula ditemukan, maka ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang dan masuk ke dalam kamar maka jarum itu pun terlihat dengan jelas, kemudian sayyidah Aisyah Ra berkata : “Wahai Rasulullah, betapa terangnya wajahmu”, cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berbeda dengan cahaya lampu yang mana cahaya lampu menyakitkan mata, namun cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyakitkan mata, sehingga Allah menamakan beliau sebagai “Siraajan Muniira” ( cahaya yang terang benderang).
Ketika seorang sahabat datang kepada salah seorang istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana yang terdapat dalam Fathul Bari sahabat tersebut berkata : “Wahai Ummul mu’minin, gambarkanlah kepadaku bagaimana indahnya wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”. Dan diriwayatkan oleh sayyidina Ali dalam menggambarkan keindahan wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seakan matahari dan bulan beredar di wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil cermin dan berkata : “jika engkau ingin melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lihatlah ke cermin ini”, maka sahabat tersebut melihat ke cermin itu namun yang telihat bukanlah wajahnya tapi wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sahabat tersebut kaget dan heran bagaimana cermin itu bisa memperlihatkan wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Cermin itu dulu pernah digunakan untuk bercermin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun setelah itu cermin tersebut tidak mau menampakkan wajah lain selain wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bagaikan rekaman foto yang merekan wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Saat ini kita berada di dalam bulan yang luhur bulan Muharram, dimana di bulan ini telah diselamatkan nabi Musa As dari kejaran Fir’aun, di bulan itu pula lautan terbelah agar Fir’aun tenggelam dan nabi Musa selamat dari kejarannya. Dan di bulan ini nabi Nuh dan kaumnya yang beriman diselamatkan dari banjir yang begitu besar, dan di bulan ini pula Allah subhanahu wata’ala melimpahkan banyak pertolongan kepada hamba-hamba-Nya, terlebih lagi untuk ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka perbanyaklah doa dan munajat kepada Allah subhnahu wata’ala. Teriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ke sepuluh bulan Muharram, dan hal ini merupakan puasa sunnah bukan puasa wajib, yang mana jika dikerjakan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapatkan dosa, namun berbeda dengan hal yang wajib dimana jika dikerjakan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan mendapatkan dosa. Maka disunnahkan untuk berpuasa pada tanggal 10 Muharram, dan diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa pahala puasa pada tanggal 10 Muharram menghapus dosa setahun yang lalu. Dan diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah memaksakan diri untuk berpuasa di suatu hari melebihi puasa pada tanggal 10 Muharram, kecuali puasa di bulan Ramadhan yang merupakan hal yang wajib, namun selain puasa ramadhan, diantara puasa sunnah yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah puasa 10 Muharram, dan disunnahkan juga untuk puasa pada tanggal 9 Muharram, karena ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikabari bahwa orang Yahudi juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram maka Rasulullah mengatakan bahwa di tahun yang akan datang beliau akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terlebih dahulu wafat sehingga tidak sempat melakukan puasa pada tanggal 9 Muharram, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ َلأَصُوْمَنَّ التَاسِعَ
“ Jika aku masih hidup hingga tahun depan maka aku akan puasa tanggal 9 (Muharram)”
Dan Al Imam As Syafi’i berkata bahwa sunnah muakkadah untuk berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, akan tetapi tidak apa-apa jika hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja. Bagi yang tidak mampu untuk berpuasa, seperti orang yang sudah sangat tua, orang-orang yang sangat sibuk dan banyak pekerjaan sehingga tidak mampu untuk berpuasa atau wanita-wanita yang sedang berhalangan (menstruasi) maka doakanlah orang-orang yang berpuasa agar diberi kekuatan dan puasanya diterima oleh Allah subhanahu wata’ala, atau dengan menyiapkan buka puasa untuk orang-orang yang berpuasa, itulah cara yang terbaik untuk orang yang tidak mampu berpuasa, agar tidak terlewat dari kemuliaan yang datang dari Allah subhanahu wata’ala.
Sampailah pada hadits mulia, dimana ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala di saat tidak ada naungan selain naungan Allah subhanahu wata’ala, naungan yang dimaksud adalah tempat berteduh dan berlindung dari panasnya matahari di padanga mahsyar kelak di hari kiamat, dimana jika matahari itu berpijar dengan panas seperti saat di padang mahsyar, maka tidak akan ada kehidupan di permukaan bumi ini, yang mana matahari itu tidak ada lagi cahayanya namun yang tersisa hanya panasnya saja yang gelap gulita, bagaikan bola hitam yang sangat panas dan menakutkan. Ketika itu semua cahaya sirna kecuali cahaya hamba-hamba yang beriman, yang dipimpin oleh cahaya manusia yang paling beriman, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Merekalah yang akan terang benderang dan cahayanya melebihi cahaya bintang-bintang, Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi yang memberikan cahaya kepada hamba-hamba-Nya dengan cahaya ketenangan, cahaya kedamaian, cahaya kebahagiaan, cahaya kemudahan, dan cahaya keluhuran di dunia dan akhirat. Maha Suci Allah dan Maha Indah, dan betapa suci jiwa-jiwa yang menyembah Allah dan tidak menyamakan Allah dengan makhluk, sebagaimana firman-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
( الشورى : 11 )
“ Tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya, dan Dia (Allah) Maha Mendengar dan Melihat”. ( QS: As Syuuraa)
Allah subhanahu wata’ala maha mendengar, namun pendengaran Allah tidak membutuhkan telinga, begitu juga Allah melihat namun penglihatan Allah tidak membutuhkan mata, dan Allah juga berfirman dengan menurunkan wahyu namun Allah tidak membutuhkan lisan, Allah subhanahu wata’ala juga berbuat atau melakukan sesuatu namun hal itu tidak membutuhkan jasad, dimana penglihatan Allah lebih agung dari penglihatan makhluk-Nya dan seluruh penglihatan makhluk bersumber dari-Nya, tidak satu pun makhluk melihat kecuali dari anugerah Allah subhanahu wata’ala, tidak pula satu pun makhluk mendengar kecuali dari anugerah Allah subhanahu wata’ala, dan makhluk tidak mampu menciptakan penglihatan dan pendengarannya sendiri, bahkan tidak mampu menciptakan asal muasal dirinya yang terbuat dari sel yang tidak terlihat mata. Allah subhanahu wata’ala Yang menciptanya, Allah Yang menghidupkannya di bumi kemudian dikembalikan ke alam barzakh, dan di alam barzakh akan datang malaikat setelah seseorang dimasukkan ke dalam kubur dan kemudian ditinggalkan oleh yang mengantarnya, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa seseorang yang meninggal dan telah dikuburkan mendengar hentakan kaki orang-orang yang meninggalkan perkuburannya di saat itu, setelah itu datanglah malaikat memperlihatkan sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata : “Wahai Fulan, apa yang engkau ketahui tentang orang ini?”, maka jika ia adalah orang yang beriman ia akan menjawab :
هُوَ مُحَمَّدٌ هُوَ مُحَمَّدٌ
“Dia adalah Muhammad, dia adalah Muhammad”.
Namun jika ia adalah seorang yang munafik dan banyak berbuat dosa, maka ia akan menjawab : “Aku tidak mengenalnya”.
Dan saat-saat seperti itu akan datang kepada kita semua, semoga di saat jasad kita diturunkan ke liang lahat lalu ditutup dengan tanah, dan orang-orang yang mengantarkan kita mulai meninggalkan kita sendiri di perkuburan dan langkah-langkah mereka yang meninggalkan perkuburan terdengar oleh kita, dan ketika itu diperlihatkan kepada kita sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan ditanyakan kepada kita maka kita akan menjawab :
هُوَ مُحَمَّدٌ هُوَ مُحَمَّدٌ
“Dia adalah Muhammad, Dia adalah Muhammad”
Kembali pada hadits yang kita baca, bahwa ada 7 golongan yang dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat, dan dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar bahwa banyak yang akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat, namun cir i-ciri mereka terdapat dalam hadits ini, maka disebutlah dengan 7 golongan yang akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat. Pertama adalah seorang pemimpin yang adil, karena sangat berat untuk menjadi seorang pemimpin yang adil. Seperti contoh seorang ketua RT, yang mana dia juga mempunyai keluarga, mempunyai kesibukan atau pekerjaan yang lainnya, suatu hari sebelum adzan Subuh dan di saat semua orang masih tidur tiba-tiba rumah digedor dan ada teriakan : “Pak RT, rumah saya kemalingan” maka pak RT bangun dan langsung menuju ke rumah warga yang kemalingan, dan pak RT bingung apa yang harus diperbuat, jika maling masih di tempat mungkin barang bisa diambil kembali, namun si maling sudah tidak ada di tempat tersebu, maka pak RT berkata : “baik, akan segera saya urus dan laporkan ke polisi”, belum selesai pembicaraan pak RT dengan warga yang kemalingan, tidak lama kemudian datang warga lain mengadu : “Pak RT rumah saya kebanjiran gara-gara sampah yang menumpuk dibiarkan begitu saja tanpa diurus”, kemudian warga yang kemalingan berkata lagi : “Pak RT siapa satpam yang jaga semalam, padahal saya sudah bayar uang keamanan, bagaimana rumah saya masih bisa kecurian?”, kemudian warga yang kebanjiran berteriak : “Pak RT bagaimana ini, air mampet akhirnya rumah saya kebanjiran”, maka Pak RT segera menuju rumah warga yang kebanjiran dan mulai mengangkut barang-barang, tidak lama kemudian ada warga yang datang berteriak dan mengadu : “Pak RT, rumah saya kebakaran karena banyak kabel-kabel yang sudah lama dan perlu diganti namun tidak pernah diperhatikan, pak RT bisanya hanya ambil uang dari PLN saja, apa gunanya jadi ketua RT!”, padahal ketua RT juga mempunyai keluarga dan kesibukan dan yang lainnya namunyang disalahkan selalu ketua RT, itu baru tingkat RT, bagaimana lagi jika ketua RW, Kades, Lurah atau pemimpin yang di tingkat atasnya lagi. Oleh karena itu sangat sulit dan dengan susah payah untuk berusaha menjadi pemimpin yang adil dan sabar, maka seorang pemimpin yang adil seperti itu di hari kiamat akan dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala, dimana tidak ada tempat berteduh selain tempat berteduh yang diberi oleh Allah subhanahu wata’ala. Jadi jika di zaman sekarang kita sering mendengar wakil rakyat atau pemimpin yang berbuat salah maka hal itu wajar, karena untuk menjadi pemimpin yang baik di tingkat RT saja sangat sulit, maka terlebih lagi pemimpin di tingkat yang lebih tinggi. Maka benar yang telah disabdakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: “Jika ada seorang muslim menjadi pemimpin, kemudian ia berbuat baik pada rakyatnya dan juga berbuat kesalahan, maka terimalah kebaikannya dan maafkan kesalahannya”. Jadi tidak perlu diadilikah?, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui jika seorang pemimpin dinaikkan kemudian dijatuhkan lagi, maka yang gembira adalah musuh-musuh Islam, karena pemerintah dan rakyat saling hantam, para Ulama’ dan orang-orang yang baik dimasukkan ke penjara dimana hal itu merupakan akibat daripada saling hantam satu sama lain. Maka strategi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat sempurna adalah jika ada pemimpin-pemimpin yang tidak baik namun para Ulama’ mengetahui hal itu maka mereka akan semakin mendidik generasi yang baik yang kelak akan menggantikan kepemimpinan para pemimpin yang tidak baik, itulah strategi indah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Majelis Rasulullah ini juga merupakan strategi dalam membangun generasi yang baik, generasi yang rukun dan damai, generasi yang suka dzikir dan shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kedua, adalah seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, yaitu banyak beribadah kepada Allah, dimana sejak kecil sudah mempelajari dzikir, dari kecil anak-anak mereka didorong untuk hadir di majelis ta’lim atau majelis dzikir, maka pendidikan seperti ini sejak seseorang masih kecil merupakan hal yang sangat penting, karena sebagian besar kesuksesan itu muncul dari pemuda yang mulai meniti untuk mencapai keluhuran sejak usia muda, sejak masih muda sudah cinta dan suka hadir majelis, namun permasalahannya jika waktu final bola yang hadir majelis berkurang dan beruntungnya saya saat itu tidak hadir majelis, tetapi sampai kabar kepada saya bahwa yang hadir majelis berkurang karena ada final bola. Oleh karena itu kita selalu berusaha untuk mendidik diri kita agar semakin baik dan senantiasa merasa asyik dengan hal-hal yang luhur yang mampu untuk kita lakukan, jangan selalu mencari godaan syaitan untuk melakukan sesuatu yang tidak mampu kita perbuat, jika seseorang belum mampu untuk shalat tahajjud maka jangan dipaksakan untuk shalat tahajjud, dan jika shalat wajib 5 waktu belum dikerjakan dengan baik maka perbaiki dulu shalat yang 5 waktu tersebut, dan juga jika belum mampu jangan puasa sunnah dulu, namun perlahan-perlahan akan sampai kepada puncak keluhuran.
Ketiga adalah seeorang yang hatinya selalu terikat dengan masjid yaitu orang yang mencintai masjid, ada orang yang selalu duduk di dalam masjid namun hatinya berada di luar masjid dan ada juga orang yang jasadnya berada di luar masjid akan tetapi hatinya selalu di masjid dan golongan inilah yang dimaksud dalam hadits ini. Dalam hatinya ada keinginan untuk selalu dekat dengan masjid, ingin selalu shalat jamaah di masjid. Ada seseorang sangat cinta terhadap masjid Al Haram dan masjid An Nabawi maka dipajanglah foto masjid itu di rumahnya dan dilihatnya setiap hari hingga air matanya terus mengalir karena ingin memandangnya orang seperti inilah yang hatinya selalu terikat dengan masjid. Ada kelompok orang yang mengatakan jika tidak melakukan shalat di masjid maka shalatnya tidak sah, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana yang teriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak juga melakukan tidak di masjid. Dan dalam madzhab Syafii shalat di masjid merupakan sunnah muakkadah, akan tetapi shalat di luar masjid pun tetap sah. Dalam hal ini terdapat permasalahan, datang seseorang bertanya kepada saya : “Bib saya sumpek dimana masjid dalam keadaan bersih kemudian datang sekelompok orang dan nginap di masjid, bawa kompor dan lainnya hingga berantakan dan mengotori masjid, setelah itu pergi tanpa membersihkannya terlebih dahulu, maka apa yang harus kami lakukan?, dalam hal ini kita pilih jalan tengah, jangan sampai kita mengusir orang Islam dari tempat ibadah karena mereka juga saudara kita seiman, namun berusaha untuk memberi tau orang-orang yang datang dengan tujuan i’tikaf di masjid untuk membersihkan masjid sebelum mereka pergi, jangankan masjid yang merupakan tempat ibadah, rumah sendiri saja kita ingin melihatnya selalu dalam keadaan bersih terlebih lagi masjid yang merupakan rumah Allah. Ada lagi pertanyaan, mengapa orang-orang Islam tidak mau mengajak saudara-saudaranya untuk shalat memenuhi masjid?, ketahuilah ibadah tidak hanya ke masjid saja, namun tidak mengganggu atau menggunjing orang lain juga termasuk ibadah, bekerja untuk bersedekah juga ibadah, menikah juga ibadah, mendidik anak pun termasuk ibadah, jadi bagi saudara-saudara kita yang sudah bergabung dalam jamaah ini dan selalu mengajak muslim yang lainnya untuk bergabung bersamanya, maka hal itu adalah hal yang bagus dan telah memiliki keberanian, namun jangan mencela orang yang tidak memperbuatnya.
Keempat adalah dua orang yang saling menyayangi karena Allah subhanahu wata’ala dan yang dimaksud bukanlah pacaran, namun saling mencintai dan menyayangi karena Allah adalah saling membantu untuk mencapai keluhuran ibadah, misalnya seorang teman tidak mengaji karena tidak mempunyai Al qur’an maka diberi pinjaman Al qur’an, atau temannya tidak hadir ke majelis karena tidak mempunyai kendaraan maka dipinjamin kendaraan karena mungkin kebetulan jika malam hari kendaraan saudara atau keluarganya tidak di pakai atau bisa juga berupa pernikahan, maka hal-hal yang seperti itu adalah saling menyayangi karena Allah dan berkumpul atau berpisah karena Allah, bukan karena masalah keduniawian. Namun jangan disalah artikan dengan mengatasnamakan pacaran adalah cinta karena Allah dan berpisah karena Allah, justru hal demikian adalah pertemuan dan perpisahan karena syaitan. Diperbolehkan ada hubungan antara lelaki dan wanita yang bukan mahram dengan syarat tidak melanggar syariat, sebagaimana dahulu di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak para sahabat yang berbicara dan bertanya kepada ummul mu’minin, dan banyak wanita yang berdagang di pasar namun tetap menjaga norma-norma kesopanan dan tidak melanggar syariat. Jadi boleh saling kirim sms namun jangan sampai melewati batas dan mulai masuk pada hal-hal yang buruk, seperti mengajak untuk bertemu dan lainnya karena hal itu mendekati pada perbuatan zina yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
( الإسراء : 32 )
“Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al Isra’ : 32 )
Diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari dalam kitab Adab Al Mufrad dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa seseorang yang berzina dengan tetangganya maka dosanya jauh lebih besar daripada berzina dengan orang lain , mengapa? karena telah berkhianat kepada temannya sendiri. Yang kelima adalah seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita (atau sebaliknya) yang cantik dan kaya raya, namun lelaki itu menjawab : “Sungguh aku takut kepada Allah”, bukan karena takut di tangkap polisi atau dituntut ke pengadilan. Sebagaimana yang juga terjadi pada seorang wanita cantik dan mempunyai harta ia mendatangi seorang lelaki yang ahli ibadah dan mengatakan bahwa ia ingin berjima’ dengannya, maka lelaki itu menutup matanya, kemudian wanita itu mengatakan bahwa ia telah menggunakan penutup dan meminta lelaki itu untuk membuka matanya, namun ketika lelaki itu membuka matanya ia melihat wanita itu telah membuka seluruh pakaiannya, kemudian lelaki itu memalingkan wajahnya, maka Allah subhanahu wata’ala menjadikan wajah wanita itu gelap hingga ia wafat. Dan terdapat dalam riwayat yang shahih ketika seorang wanita shalihah akan berangkat ke sebuah tempat yang jauh bersama kafilah, maka seorang lelaki mengikutinya karena dia menyukai wanita itu, beberapa lama kemudian semua orang mulai tidur, namun wanita itu masih duduk dan belum tidur, kemudian lelaki itu mendekat kepadanya dan mengajaknya untuk berbuat keji karena semua orang telah tidur, maka wanita itu berkata : “apakah engkau yakin semua orang sudah tidur dan tidak ada yang akan melihat kita?”, maka lelaki itu pun kembali meyakinkan bahwa semua orang telah tidur,dan berkata kepada wanita itu : “betul semua orang telah tidur”, maka wanita itu berkata : “apakah Allah tidur dan tidak melihat kita?”, mendengar ucapan wanita itu maka lelaki itu tertunduk malu dan berkata : “iya betul Allah melihat kita”, wanita itu berkata lagi : “jika Allah melihat kita apakah engkau tidak malu kepada Allah, hingga engkau mengikutiku dari tempat yang jauh untuk berbuat hal itu kepadaku, dan jika engkau meninggal saat ini apa yang akan engkau jawab dihadapan Allah”, maka lelaki itu menutup mukanya karena malu dan kemudian pergi, setahun kemudian terdengar kabar bahwa telah wafat seorang wali Allah dan puluhan ribu orang yang mengantar jenazahnya ke pemakaman, dan setelah ditanya siapakah wali Allah yang telah wafat tersebut, ternyata dia adalah lelaki yang telah bertaubat di tangan wanita itu yang kemudian Allah mengangkat derajatnya hingga ia menjadi wali Allah subhanahu wata’ala. Yang keenam adalah seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, dan ada satu cara untuk hal ini dimana tangan kanan memberi namun tangan kiri tidak mengetahuinya, yaitu jika tangan kanan mengeluarkan uang untuk sedekah namun seakan-akan bukan untuk sedekah, caranya adalah jika melihat orang miskin yang berdagang setelah ditanya harga barang yang dijual misalnya ia adalah penjual kacang, kemudian ia menjawab : “sebungkus 1000”, namun dibayar 5000 dan tidak minta uang kembalian, maka hal itu adalah termasuk sedekah secara sembunyi, mungkin ketika si pembeli menyerahkan uang 5000 si penjual akan berkata : “maaf pak tidak ada kembaliannya”, lalu si pembeli berkata : “ya sudah ambil saja kembaliannya”, maka penjual pun tidak mengetahui kalau itu adalah sedekah. Atau jika melihat orang yang susah sedang berdagang dan ketika ditanya harga dagangannya, si pedagang menyebutkan harga, padahal jika ditawar harganya dibawah itu, namun pembeli tidak lagi menawar karena berniat untuk sedekah kepada penjual tersebut, hal itu pun merupakan sedekah secara sembunyi-sembunyi, hingga yang diberi sedekah pun tidak mengetahui kalau dia menerima sedekah, hal yang seperti itu pahalanya sangat besar. Dalam riwayat Shahih Muslim terdapat 2 pendapat yang mengatakan bahwa pahala yang sangat besar akan didapatkan bagi orang yang bersedakah dengan cara sembunyi-sembunyi, dan juga orang yang bersedakah secara terang-terangan dengan tujuan agar orang lain mengikutinya karena banyak orang yang kaya raya namun tidak ada yang mau mengeluarkan hartanya untuk sedekah, dan ketika seseorang bersedekah dengan terang-terangan, misalnya : “saya sedekah 1000 dolar”, maka orang kaya yang lainnya pun tidak mau kalah dan akan mengeluarkan uang untuk sedekah, maka dengan cara ini orang kaya yang enggan bersedekah akan terdorong untuk bersedekah. Dan jika ada orang yang ingin bersedekah secara sembunyi namun ketika melihat keadaan dimana orang-orang tidak ada yang mau mengeluarkan sedekah, kemudian ia bersedekah secara terang-terangan maka ia pun termasuk dalam golongan yang akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat. Demikian indah firman Allah dan hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam jika kita mau menelaahnya. Yang ketujuh adalah seseorang yang mengingat Allah dalam kesendirian lalu mengalir air matanya, maka kita berdoa dan berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah mengangkat derajat kita, demi kemuliaan malam 10 Muharram ini semoga Allah menyelamatkan kehidupan kita di dunia dan akhirah, menyelesaikan segala permasalahan kita di dunia dan akhirat, dan mengabulkan segala hajat kita Ya Rahman Ya Rahim…