Dari Aisyah Ummulmukminin (ibunda kaum yang
beriman, gelar istri-istri Rasul SAW), sungguh ia berkata: dibawakan pada Nabi
SAW seorang bayi lelaki, dan buang air kecil di baju beliau SAW, maka beliau
SAW minta air lalu mengusapnya dengan air saja" (Shahih Bukhari)
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala
Yang Maha Luhur, Yang melimpahkan kepada kita kemuliaan tuntunan nabiNya
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga terangkat derajat kita
dari kehinaan menuju keluhuran, dari keluhuran menuju keluhuran yang lebih
tinggi lagi, demikianlah mulianya rahasia tuntunan sang nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi
wasallam yang senantiasa menuntun seseorang kepada derajat semakin luhur yang
tiada akhirnya, hingga semakin dekat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Kita telah mendengar penyampaian guru-guru kita akan indahnya keadaan
orang-orang yang ingin mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala
dan sebaliknya bagaimana kerugian orang-orang yang tidak ingin dekat dengan
tuhan penciptanya. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda
“Barangsiapa yang suka berjumpa
dengan Allah maka Allah suka berjumpa dengannya, dan barangsiapa yang benci
bertemu dengan Allah maka Allah benci untuk bertemu dengannya”
Hadits ini merupakan suatu lamaran cinta dari
Allah subhanahu wata’ala kepada hambaNya untuk mencintaiNya, oleh
sebab itu kita selalu dituntun oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam untuk senantiasa berada di jalan yang diridhai Allah subhanahu wata’ala,
dan jika kita mendapati diri kita tidak mampu melakukannya maka adukanlah dan
mintalah ampunan kepada Allah subhanahu wata’ala,
namun Allah tidak akan membebani hambaNya lebih dari kemampuannya, sebagaimana
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
“Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. (
QS. Al Baqarah : 286 )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
lambang yang mulia yang diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala
untuk dijadikan panutan, dijadikan idola,dan untuk dicintai lebih dari seluruh
makhlukNya yang lain. Sehingga Allah subhanahu wata’ala
mengelompokkan orang yang mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam kelompok orang yang mencintai Allah subhanahu wata’ala.
Jika seseorang mencintai Allah subhanahu wata’ala namun tidak mencintai
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka cintanya kepada Allah itu
dusta, karena semakin seseorang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam maka hatinya akan semakin dipenuhi dengan cinta dan rindu kepada yang
telah menciptakannya, yaitu Allah subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah makhluk yang paling indah dan paling mencintai kita (ummatnya)
lebih dari seluruh makhluk lainnya. Beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam mencintai kita lebih dari ayah ibu kita, mencintai kita lebih dari
semua kekasih kita, karena ketika seseorang telah telah masuk ke dalam api
neraka maka tidak ada seorang pun dari para kekasihnya yang akan mengingatnya
kecuali sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang akan
memohonkan syafaat untuknya. Bahkan para nabi dan rasul yang lainnya pun ketika
mereka dimintai syafaat (pertolongan) kelak di hari kiamat mereka berkata :
“ Diriku, diriku, diriku, pergilah kepada selainku “
Kelak di saat manusia berkumpul di telaga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka akan ada orang-orang dari
ummat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang disingkirkan oleh malaikat
dari telaga itu karena mereka berubah (berpaling dari kebenaran) setelah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, namun setelah mereka
terusir dari kelompok nabi Muhammad shallallahu ‘alalihi
wasallam, maka mereka pergi menuju kepada semua nabi untuk meminta pertolongan
akan tetapi kesemuanya menolak, sehingga mereka kembali lagi kepada nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :
“ Itulah bagianku (akulah pemberi syafaat”)
Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Atsqalani bahwa pada
mulanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengusir
mereka akan tetapi kemudian menerima dan mensyafa’ati mereka kembali agar
dimaafkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Maka diantara ummatnya
ada yang mendapatkan syafaat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ketika berada dalam mizan (timbangan) sehingga terselamatkan dari api
neraka dan dimasukkan ke surga, diantara mereka ada yang disyafa’ati
ketika berada di atas shirat (jembatan), dan diantara mereka ada yang telah
masuk ke dalam api neraka baru disyafa’ati oleh sang nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi
wasallam dan Rasulullah terus menghadap Allah untuk meminta pengampunan bagi
umatnya yang masih berada di dalam api neraka dan belum terselamatkan, hal ini
menunjukkan kecintaan beliau kepada seluruh ummatnya meskipun orang tersebut
adalah pendosa. Karena seseorang yang telah masuk ke dalam neraka maka tidak
ada hal lain yang ia harapkan kecuali syafaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak hanya
memberi syafa’at
kepada penduduk neraka yang pendosa saja, bahkan semua orang-orang shalih dari
para wali Allah, para syuhada’ yang telah masuk surga pun mereka disyafa’ati
oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam agar
derajat mereka semakin tinggi di surga, dan orang yang telah masuk surga akan
diberi syafa’at
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memberi syafaat untuk
keluarganya yang berada di neraka, maka semua ummat beliau akan mendapatkan
syafa’at
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kelak di hari kiamat, sebagaimana
yang dijelaskan oleh Al Imam Qadhi ‘Iyadh dalam kitab As
Syifaa.
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa sayyidina Jabir bin
Abdillah Al Anshari Ra, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam membeli onta untuk mengunjungi temannya sayyidina Abdullah bin Unais
Ra, yang mana perjalanan itu ditempuh selama 1 bulan karena ia mendengar bahwa
sayyidina Abdullah bin Unais mengetahui satu hadits yang belum sempat ia
dengar, ketika itu sayyidina Jabir bin Abdillah tinggal di Madinah sedangkan
sayyidina Abdullah bin Unais telah hijrah ke tempat lain namun beliau rela
menempuh perjalanan selama satu bulan hanya untuk mendengar satu hadits yang
belum ia dengar, dan setelah sampai di depan rumah Abdullah bin Unais, ia
berkata kepada orang yang berada di pintu rumah itu : “sampaikan
kepada Abdullah bin Unais bahwa Jabir bin Abdillah berada di depan pintu
rumahnya”,
mendengar hal itu sayyidina Abdullah bin unais kaget kemudian keluar dan
menemui sayyidina Jabir dan memeluknya dengan tangisan haru karena mereka
saling mencintai karena Allah dan telah lama tidak bertemu. Tidak lama kemudian
sayyidina Abdullah bin Unais pun tidak sabar ingin mengetahui maksud
kedatangannya dan berkata kepada sayyidina Jabir bin Abdillah : “Wahai
sahabatku Jabir apa yang membuatmu menemuiku hingga engkau menempuh jarak
sejauh ini?”,
maka sayyidina Jabir bin Abdullah menjawab : “wahai sahabatku, aku mendengar
bahwa engkau mengetahui satu hadits yang belum pernah aku mendengarnya”,
mendengar hal itu sayyidina Abdullah bin Unais kaget dan berkata : “Engkau
menempuh jarak yang demikian jauh untuk menemuiku hanya demi satu hadits saja
yang belum pernah engkau dengar?”, maka sayyidina
Jabir bin Abdullah berkata : “Aku tidak ingin wafat dan ada hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang belum
aku ketahui, sedangkan aku masih ada waktu dan bisa untuk mendengarkan hadits
nabi tersebut namun waktu itu tidak aku pergunakan untuk hal tersebut”,
demikian yang teriwayatkan dalam musnad Al Imam Ahmad dan.
Adapun
hadits yang tadi kita baca terdapat banyak riwayat yang memiliki makna yang
sama namun berbeda versi, dimana ketika dibawakan seorang bayi ke hadapan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, diantara
riwayat menyebutkan bahwa bayi tersebut dibawa kehadapan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam untuk di
tahnik ( mengunyah kurma kemudian dimasukkan ke mulut seorang bayi) oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, adapula
yang menyebutkan bahwa bayi yang dibawa ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sayyidina Hasan dan ada yang mengatakan bahwa
bayi itu adalah sayyidina Husain. Maka ketika bayi itu dibawakan ke hadapan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bayi itu
mengeluarkan air kencing dan mengenai baju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena di zaman itu belum ada pampers, namun saat itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
melepas bajunya untuk dicuci, akan tetapi beliau hanya meminta air dan kemudian
mengusap bekas kencing bayi itu dengan air. Di dalam madzhab Syafi’i dijelaskan bahwa hal ini adalah masalah khusus yang hanya berlaku bagi
bayi lelaki yang belum makan dan minum apa pun selain air susu ibunya, namun
jika bayi itu telah makan dan minum selain air susu ibunya maka tidak lagi
termasuk dalam najis ringan seperti yang disebutkan dalam hadits tadi.
Sebagaimana najis terbagi menjadi tiga, yaitu najis Mukhaffafah (najis yang
ringan), najis mutawassithah (sedang), dan najis mughallazhah (berat). Adapun
kencing bayi laki-laki yang belum makan dan minum selain air susu ibunya maka
termasuk ke dalam najis yang ringan, dan najis mutawassitah (najis yang sedang
) yang mana jenis najis ini disucikan dengan membersihkan dan menghilangkan 3
sifatnya, rasanya, baunya dan warnanya. Maka semua najis selain najis
kencingnya anak lelaki yang belum makan dan minum kecuali air susu ibunya,
tergolongkan dalam najis yang sedang. Sedangkan najis anjing atau babi adalah
najis mughallazah (berat) yang mana cara mensucikannya adalah dengan
menggunakan air yang dicampur dengan tanah selama 7 kali, maka selain najis
anjing dan babi maka termasuk ke dalam najis yang sedang yang hanya dibersihkan
dengan air hingga hilang 3 sifat najisnya (warna, bau dan rasanya), namun jika
telah berusaha semampunya untuk menghilangkan ketiga sifat tersebut tetapi
tetap tidak bisa hilang, maka sebagian ulama’ berpendapat bahwa hal itu dimaafkan, demikianlah sebagian dari
kemudahan dalam syariat Islam sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
“ Sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus
untuk membuat kesulitan”
Maka hadits tersebut memberikan kemudahan bagi kita,
karena seseorang akan merasa kerepotan jika bayi yang pipis lantas mengenai
baju maka baju itu harus dicuci bersih, berapa kali dalam sehari hal itu akan
terjadi karena bayi akan sangat sering mengeluarkan air kecil, terlebih lagi di
masa itu tidak ada pampers, hal menunjukkan indahnya tuntunan nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi
wasallam. Oleh karena itu sesuatu hal yang telah ada tuntunannya dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal tersebut merupakan hal
yang paling mudah diantara hal-hal yang mudah yang telah diajarkan kepada kita.
Namun terkadang orang yang merasa lemah maka hal yang mudah pun masih belum
mampu untuk mengamalkan, akan tetapi dalam hal ini kita senantiasa mengingat
bahwa di balik semua itu masih ada maaf dan pengampunan Allah subhanahu wata’ala
Yang Maha Luas, sebagaimana seorang hamba yang telah masuk neraka pun tetap
akan diberi syafaat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun
dalam hal ini sering muncul pertanyaan ; “Bagaimana Allah subhanahu wata’ala
menciptakan hamba (dan jika berkehendak) maka Allah akan memasukkannya ke
neraka, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam justru yang
mengeluarkannya dari neraka dengan syafaatnya, jika demikian apakah Rasulullah
shallallahu ‘alahi
wasallam lebih baik dan lebih penyayang daripada Allah subhanahu wata’ala?!”,
tidak demikian kenyataannya, akan tetapi ketahuilah siapakah yang telah
menciptakan dan menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mampu berbuat demikian, tentunya Allah subhanahu wata’ala,
maka kasih sayang Allah tetap ada dan masih diberikan untuk para pendosa yang
di neraka selama ia tidak menyembah selain Allah ketika di dunia, dan kasih
sayang Allah itu berupa syafaat yang diberikan oleh sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi
wasallam . Maka seharusnyalah kita mencintai kekasih yang paling mencintai
kita, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketahuilah
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah mahkluk yang paling ramah,
baik, selalu memberi kemudahan kepada yang lainnya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah Muncul
pertanyaan kepada saya, mengapa kita di majelis selalu membaca qasidah? maka
saya jawab bahwa hal itu telah diriwayatkan dalam hadits shahih dimana
sayyidina Hassan bin Tsabit membaca qasidah/ syair di hadapan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam di masjid An Nabawy, maka ia
menjawab : sayyidina Hassan bin Tasbit membaca qasidah sendiri tidak
beramai-ramai, lantas manakah hadits yang menunjukkan para sahabat membaca
qasidah beramai-ramai?, dalam hal ini mereka melupakan bahwa ada 13 riwayat di
dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam membaca qasidah beramai-ramai dengan para sahabatnya. Dimana ketika
membangun Khandaq para sahabat berkata :
“ Kamilah yang telah membai’at nabi Muhammad (untuk berpegang)
kepada Islam sepanjang hidup kami”
Dan dalam riwayat yang lain :
“ Kamilah yang telah membai’at nabi Muhammad untuk
jihad sepanjang hidup kami”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menjawab :
“ Wahai Allah, sesungguhnya kebaikan yang sejati adalah kebaikan akhirat,
maka limpahilah keberkahan untuk kaum Anshar dan kaum Muhajirin”
Dalam riwayat yang lain
( Ampunilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin), dan
dalam riwayat lain
( Sayangilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin). Maka beliau
shallallahu ‘alaihi
wasalam bersautan membaca qasidah bersama para sahabat, maka hal ini dahulu
dilakukan oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama
para sahabatnya, akan tetapi di zaman sekarang banyak yang mengatakan bahwa hal
tersebut adalah perbuatan bid’ah, padahal kesemua itu terdapat dalil-dalil yang
shahih dari hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, baik yang
terdapat di shahih al bukhari dan lainnya. Namun perbuatan ini hampir hilang
akan tetapi dihidupkan kembali dari generasi ke generasi oleh kalangan
ahlusunnah wal jamaah dari guru-guru mereka yang memegang sanad yang bersambung
hingga kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam
sebuah riwayat lain disebutkan, yang mana hal ini menunjukkan akhlak mulia
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana suatu ketika beliau
shallallahu ‘alaihi
wasallam melewati seorang wanita yang sedang menangis di perkuburan, salah satu
pendapat para imam mengatakan bahwa tangisan wanita tersebut telah berlebihan,
sehingga ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati
wanita tersebut, beliau berkata
“ Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah”
Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menunjukkan bahwa tangisan wanita itu telah
berlebihan, karena menjerit-jerit dalam tangisannya disebabkan yang meninggal
adalah suaminya atau salah seorang keluarganya namun ia tidak sempat menghadiri
perkuburannya, namun ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam melihat hal itu, beliau tidak menghardik wanita tersebut untuk pergi
atau melarangnya atau dengan mengatakan bahwa hal yang dilakukannya adalah
perbuatan haram, namun dengan ramah dan lemah lembut beliau berkata “bertakwalah
kepada Allah dan bersabarlah”.
Mendengar hal itu tanpa menoleh siapa yang mengatakannya, kemudian ia berkata :
“Engkau
tidak tertimpa musibah yang aku hadapi sehingga engkau tidak merasakan apa yang
aku rasakan saat ini, maka diam sajalah engkau”,
namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanya diam kemudian pergi.
Setelah beberapa saat datanglah sayyidina Anas bin Malik kepada wanita tersebut
dan berkata : “Taukah engkau siapa yang tadi engkau bentak itu?”,
wanita itu menjawab : “tidak”, maka
sayyidina Anas bin Malik berkata : “Dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam”,
mengetahui hal itu maka wanita tersebut gemetar karena ketakutan telah
membentak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga dari rasa takutnya
seolah wanita itu akan meninggal, sebagaimana yang terdapat dalam riwayat
Shahih Muslim. Kemudian wanita itu bergegas menuju rumah Rasulullah shallallahu
‘alaihi
wasallam dan menghadap beliau dan berkata : “wahai Rasulullah maafkan aku,
sungguh aku tidak mengetahui bahwa engkaulah yang tadi menasihatiku”,
maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab dengan ramah dan
santai seraya menenangkan wanita yang ketakutan itu
“ Sesungguhnya kesabaran itu adalah di saat pertama kali musibah terjadi”
Maka dengan ucapan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah membuat wanita itu tenang dari musibahnya dan tenang dari ketakutan yang telah membentak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh indahnya budi pekerti nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang menenangkan seseorang yang sedang dalam ketakutan, kegundahan dan kesedihan. Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat jama’ah terdengar ada seorang badui yang berdoa dengan suara yang lantang
“Wahai Allah rahmatilah aku dan
Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorang pun selain kami “
Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany
dalam Fathul Bari bahwa orang baduwi itu adalah seseorang yang pernah membuang
air kecil di dalam masjid lantas para sahabat hampir memukulinya, namun
Rasulullah sahallallahu ‘alaihi wasallam menghentikannya, sehingga
karena merasa kesal terhadap sahabat lantas ia mengucapkan doa tersebut.
Mendengar doa yang diucapkan orang badui itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam :
“ Engkau telah menyempitkan sesuatu yang luas, maksudnya adalah rahmat
Allah”
Maka budi pekerti yang mulia yang dimiliki oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wasallam membuat orang lain mencintai beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. Semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat dan
kebahagiaan kepada kita, dan mengabulkan hajat-hajat kita yang bathin dan
dhahir baik di dunia dan akhirah bahkan lebih dari yang kita harapkan. Dan
semoga Allah subhanahu wata’ala menyingkirkan segala musibah dari kita semua,
dan menggantikannya dengan rahmat, kemudahan dan kebahagiaan, diantara kita
yang dalam permasalahan semoga diberi penyelesaian oleh Allah, dan bagi yang
hingga saat ini belum mampu melaksanakan shalat 5 waktu semoga hari ini adalah
hari terkahir baginya, dan besok telah Allah beri kemampuan untuk melakukan
shalat 5 waktu, bagi yang belum berbakti kepada kedua orang tuanya semoga
setelah pulang dari majelis ini ia mulai berbakti kepada orang tuanya. Bagi
yang belum berbakti kepada suaminya semoga setelah ini ia mulai berbakti kepada
suaminya, dan suami yang belum bertanggung jawab terhadap istri dan keluarganya
semoga setelah mejelis ini ia mulai bertanggungjawab terhadap keluarganya.
Semoga yang bermusuhan dan berpecah belah diantara kita segera bersatu dalam
kalimat “Laa
ilaaha illaa Allah Muhammad Rasulullah”, dan jika ada yang
putus silaturrahmi semoga setelah bersambung kembali. Doa kita yang terakhir,
semoga acara kita pada tanggal 7 Mei di Monas yang dihadiri oleh guru mulia Al
Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafidh yang akan tiba di
Indonesia pada akhir bulan April dan langsung menuju ke Solo, kemudian ke
pesantren Lirboyo untuk pertemuan dengan para Ulama’, kemudian ke
Cirebon dalam rangka Pesantren Kilat selama seminggu, kemudian hadir pada acara
kita di Monas pada tanggal 7 Mei Insyaallah, kemudian kembali ke kediaman
beliau di Tarim Hadramaut setelah kurang lebih 3 bulan dalam rihlah dakwah ke
berbagai negara. Semoga acara yang akan kita adakan berjalan sukses, dan
meninggalkan bekas yang mulia untuk Jakarta dan bangsa kita kaum muslimin
khususnya, dan seluruh wilayah kaum muslimin di seluruh dunia agar semakin
tentram dan makmur dan dipenuhi hidayah Allah subhanahu wata’ala,
amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar